TAKDIR CINTA SANG RAJA IBLIS

Sisi Terang yang Terungkap {7}



Sisi Terang yang Terungkap {7}

0 "Kalau memang seperti itu masalahnya, kita akan cari cara lain, Dewa Li," kata Liu Anqier pada akhirnya. Dia memandang Li Qian Long dengan mimik wajah yang tak terbaca. Dan dari situlah, tekadnya yang awalnya mungkin melemah, yang mungkin dia akan kembali ke alam iblis hanya karena sebuah perintah, maka sekarang dia harus kesana karena memang ingin untuk membantu menyelamatkan sesuatu. Suatu yang akan menjadi bahan pertimbangan dan sesuatu yang harus dia ubah bukan hanya karena hati. Melainkan karena dia memang ingin untuk menyelamatkan kerajaan langit juga alam semesta dari kehancuran awal yang disebabkan oleh orang-orang tak bertanggung jawab. Entah itu seperti Cheng Wan Nian, atau seperti Xie Ming Zhen dan lain sebagainya.     
0

"Baiklah, Bu, Si Qi. Aku pamit pergi dulu, aku pasti akan kembali. Kalian jaga kesehatan ya. Dan jika memang tidak terlalu penting, mulai sekarang jangan pernah keluar dari rumah ini. Kalian tinggal di sini saja, jika kalian keluar. Usahakan kalian mengambil banyak perlengkapan dan bahan makanan yang cukup untuk satu minggu. Dengan demikian kalian akan aman. Aku sudah menitipkan kalian kepada Dewa Li, mulai sekarang ada Dewa yang setiap hari akan mengawasi kalian dari langit. Mereka akan memastikan jika kalian akan baik-baik saja," kata Liu Anqier pada akhirnya.     

Mereka pun akhirnya mengiyakan, dan mengantar kepergian Liu Anqier. Setelah itu, mereka hanya bisa melihat bagaimana Liu Anqier menaiki kudanya, memacu kudanya dengan kecepatan tinggi. Dan menghilang tepat setelah dia masuk pada hutan persik.     

Liu Ding Han dan Yang Si Qi hanya bisa saling rangkul, mereka tampak pasrah dan harap-harap cemas. Tidak ada satu wanita pun di sana yang benar-benar ikhlas dan rela melihat Liu Anqier pergi.     

******     

"Selir Cheng, hamba mohon, keluarlah dari kamar. Kami benar-benar sangat mengkhawatirkan Anda. Tolong keluarlah, Selir Cheng!" teriak Lim Jingmi dengan begitu lantang. Semua yang ada di sana pun menangis, ketakutan akan terjadi sesuatu dengan Cheng Wan Nian. Sudah tiga hari Selir dari Raja itu tidak kunjung keluar dari kamar. Dia benar-benar menutup semua komunikasi dan menutup dirinya sama sekali dari dunia luar.     

Cheng Wan Nian tampak terdiam, dia memilih menyelimuti dirinya sendiri sambil duduk di sudut ranjang. Matanya sembab dan tampak lingkar itu sangat nyata, seolah tak tidur selama berhari-hari dan yang dia lakukan hanyalah menangis tiada henti. Ya, seperti itu yang tergambar dari kondisi Cheng Wan Nian.     

Ya, dia sedang hancur. Dia sedang luluh lantah dan krisis atas segala hal. Dia benar-benar merasa bersalah dengan Chen Liao Xuan. Dia merasa dirinya sangat kotor dan sangat mengerikan. Dia sama sekali merasa tidak pantas bersanding dengan Chen Liao Xuan. Dia telah kotor, bagaimana bisa dia seolah menantang Chen Liao Xuan yang notabenya adalah Raja dan seolah ingin menyainginya dengan cara bercinta dengan banyak laki-laki? Sekarang kini dia telah ternoda, dia telah dikotori oleh semua laki-laki yang ada di istana ini. Dan semua itu tidak bisa dia tarik lagi, tidak bisa dia putar ulang lagi. Cheng Wan Nian benar-benar tak berdaya dengan ini. Dia sudah mengotori hubungannya, dia telah merendahkan suaminya. Apa yang harus dia lakukan sekarang? Kutukan adalah hal yang paling pantas untuknya sekarang.     

Cheng Wan Nian telah berkali-kali berusaha untuk melenyapkan dirinya, namun apa daya, iblis sepertinya tidak bisa musnah selain jika dia terkena senjata yang bahannya terbuat dari langit. Yang membuat dirinya langsung hancur menjadi abu. Sama seperti jasad Wu Chong Ye telah dihancurkan oleh Chen Liao Xuan. Dan Cheng Wan Nian pun tak tahu dari mana Chen Liao Xuan mendapatkan senjata tersebut.     

"Selir Cheng! Yang Mulia Raja ingin bertemu dengan Anda!"     

Dan satu teriakan itu membuat Cheng Wan Nian langsung menoleh.     

Dia sama sekali tak menyangka jika suaminya kini telah datang menemuinya. Bahkan semenjak kejadian yang membuat suaminya murka itu, tak sekalipun suaminya sudi untuk menemuinya. Cheng Wan Nian benar-benar tak menyangka jika hal ini terjadi, suatu hal yang sangat merupakan suatu keajaiban.     

Dengan cepat Cheng Wan Nian langsung melangkah mendekati pintu, membuka pintunya lalu dia ambruk dengan sempurna di pelukan suaminya dengan tubuh lemah dan wajah pucat pasi. Bahkan, bibirnya membiru dan pecah-pecah sehingga mengeluarkan darah segar.     

"Y... Yang Mulia Raja," lirih Cheng Wan Nian. Dia langsung tak sadarkan diri.     

Sementara itu, Chen Liao Xuan awalnya sangat enggan untuk datang kesini, tapi dia terus diteror oleh para Dayang sembari berlutut di depan kediaman utama agar dia sudi untuk melihat Cheng Wan Nian. Bahkan Kasim Agung pun melakukan hal yang sama. Berlutut tepat di depannya dengan mimik wajah sangat hancur luar biasa. Chen Liao Xuan agaknya enggan, tapi lagi-lagi nuraninya harus bangkit karena semua hal hanyalah permainan antar makhluk, bukan lagi antar suami istri, atau antar Raja dan Selir yang memiliki ikatan intim juga suci lebih dari apa pun itu.     

Dan setelah itu, dia akhirnya memutuskan untuk datang menemui Cheng Wan Nian. Namun siapa sangka jika hal ini terjadi, sebuah hal yang ada di luar nalar oleh Chen Liao Xuan. Sosok yang mengaku kuat dalam segala hal kini dia benar-benar hancur dalam satu waktu seperti ini.     

Chen Liao Xuan melirik para para Dayang yang memandang kejadian itu dengan sangat cemas. Bagaimana tidak, biar bagaimanapun juga Cheng Wan Nian adalah panutan mereka, Tuan mereka. Jadi sangat wajar jika sedikit saja terjadi kepada tuannya maka mereka seolah kebakaran jenggot.     

"Panggil Tabib Istana untuk memeriksa Selir Cheng," perintah Chen Liao Xuan, kini dia pun masuk ke dalam kamar Cheng Wan Nian sambil membopong Cheng Wan Nian dan membaringkan selirnya itu di atas ranjang. Memeriksa nadinya kemudian dis terdiam sebentar. Chen Liao Xuan sama sekali tidak menyangka jika Cheng Wan Nian keadaannya bisa seburuk ini. Lagi Chen Liao Xuan terdiam. Apakah dia bersalah dengan ini? Apakah dia menyesal dan berubah? Chen Liao Xuan benar-benar tidak tahu dengan apa yang terjadi sekarang.     

"Kapan terakhir Selir Cheng keluar dari kamar?" tanga Chen Liao Xuan kepada Lim Jingmi.     

"Tiga haru yang lalu, Yang Mulia,"     

"Kapan terakhir kali Selir Cheng makan?" tanya Chen Liao Xuan lagi.     

"Tiga hari yang lalu juga, Yang Mulia. Kami para Dayang benar-benar tidak bisa membujuknya sama sekali. Kami tidak bisa membujuk Selir Cheng untuk keluar, bahkan untuk makan pun tidak, Yang Mulia," jawab Lim Jingmi.     

Chen Liao Xuan kembali diam, kemudian dia mengelus rambut Cheng Wan Nian. Lagi, dia menghela napas panjang untuk kesekian kalinya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.